Music Card

Senin, 18 Mei 2015

Friendzone!

Hallo guys,mau update fiksi nih. tapi yang ini beda. beda? iya beda,haha..
karena fiksi kali ini pemerannya bukan member JKT48 :D pemeran di fiksi ini adalah anak-anak VEnomeNAL group. hhmmm.. bisa buat fiksi ini sih karena dua orang ini kaya orang pacaran di grup(?) atas permintaan mereka juga sih supaya dibikin cerita. sedikit absurd sih. haha.. yaudah jangan panjang lebar,mending langsung kejedot *StickerKucingPeace* >>>>

Friendzone!
"Ketika sahabat menjadi benih-benih cinta"

       Mendengarkan musik dengan earphone yang terpasang ditelinga sangat pas untuk suasana seperti ini. Suasana dalam kelas tanpa pengawasan seorang guru. Dimana semua penghuni sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang berkelompok dan bergosip yang dilakukan anak perempuan. Mereka tidak bisa jauh akan hal itu. Ada juga yang tertidur,dan hanya seorang diri seperti anak lelaki yang saat ini terlihat sangat menikmati alunan yang keluar dari earphone miliknya. Ia memejamkan matanya sambil bersandar nyaman dibangkunya. Namanya adalah Fikri Ramadhan dan kerap dipanggil Fikri,pelajar kelas 2 Sekolah Menengah Atas. Masih memejamkan matanya,sampai seorang gadis datang menghampiri tanpa diketahuinya. Gadis itu mengambil gadget Fikri yang tergeletak di meja miliknya,sepertinya ada pikiran jahil dibenak sang gadis. Dibukanya dengan sangat hati-hati screenlock gadget milik lelaki yang tengah terbawa alunan indah yang kini lagi didengarnya. Gadis itu dengan senyum liciknya menambah volume hingga maksimum dan berhasil membuat Fikri terkejut dan refleks membuang earphonenya dengan kasar.
                   “Hahaha..”. gadis itu tertawa dengan polosnya saat melihat ekspresi Fikri yang sangat terkejut. Aksinya lagi-lagi berhasil untuk menjahili sahabatnya itu.
          “RISMA!!! Ya ampun. Ngerjainnya keterlaluan deh. Kalo gendang telinga gue pecah gimana?” ucap Fikri dengan kesal. Dia menghembuskan nafasnya sambil memegang dada yang berdebar kencang.
          “yee.. maaf lah Fik. Cuma mainan. Lagian lo nyantai gak ngajak-ngajak gue? Teman apaan lo. Cih,gue stress duduk di gerombolan wanita gosip. Gosipin artis korea mulu. Demen amat sama cowok cantik”
          “menurut gue sih masih mending lah mereka daripada lo Ris. Apaan lo suka sama cebol.. cebol hak hak gitu. Haha”
          ‘plak!!’
Risma melempar Fikri dengan buku yang ada di atas meja didekatnya.
          “hey.. itu masa lalu. Masih aja diinget-inget lagi”
          “ah.. itu senjata sangat pas untuk ngebuat lo kesal. Lo ngejahilin gue terus,nanti lo suka sama gue. Hati-hati gue ini cowok yang gampang memikat hati seorang cewek”
          “omaigats,lehoo! Ngaco’ ya kalo ngomong. Sudah cukup gue jadi sahabat lo. Sebenarnya batin gue tersiksa barengan sama lo terus dari kita masih bocah sampe sekarang”
          “are you serious?” tanya Fikri dengan santai sambil mengangkat alis kanannya saat menatap Risma
          “ya--ya serius lah. Ih.. apaan sih. Biasa aja ngeliatinnya”
Seketika para gerombolan wanita yang sejak tadi bergosip ria kini berhamburan. Ada apa gerangan? Terlihat seorang pria paruh baya dari arah kaca jendela membawa bawaan buku dan-- penggaris? Dia adalah guru Fisika. Guru tersebut terkenal killer. Tetapi kadang kala jika mood nya sedang bagus,pak Wisnu sesekali membuat seisi ruangan terbahak karena tingkahnya. Dengan beberapa kalimatnya,
“harap jika berbicara dengan bapak,volume suara anda dibesarkan agar terdengar. Karena bapak sedikit rada budeg tapi kagetan”
Dengan begitu penghuni ruangan tertawa dengan kaliamat itu. Sungguh aneh tapi nyata~

****
          Bel yang menandakan semua pelajaran berakhir telah berbunyi. Para pelajar dari berbagai ruangan berhamburan keluar. Terlihat Risma sedang menunggu Fikri yang sedang mengambil motor nya diparkiran belakang sekolah. Di depan gerbang Risma menunggu,terdapat kakak kelas yang sedang mengedarai motor hitamnya,melambankan laju kendaraannya sambil menoleh ke arah Risma. Gadis itu sempat bingung dan mencoba menoleh ke arah belakang. Tidak ada orang kecuali dirinya.
“dia ngeliatin gue?” benak Risma. Tak lama dari itu,kakak kelas tersebut melemparkan senyum kepada Risma. Dengan salting Risma pun membalas senyuman lelaki yang lebih tua satu tahun darinya. Lelaki itu kembali menancap gas motor nya sehingga sekarang terlihat jauh dari pandangan gadis yang sedang menunggu seseorang didepan gerbang sekolah. Tiba-tiba dari arah belakang ada yang memanggil dan menepuk pundaknya yang membuat Risma terkejut.
          “Ris!”
          “ah Fik! Ngagetin  aja deh” ucap Risma sambil menghela nafas panjang
          “ngeliatin apaan?”
          “eng--engga.. gak ngeliatin apa-apa kok. Lama banget sih ngambil motor aja”
          “sorry sorry. Tadi gue beli es dulu di kantin belakang. Ayo lah. Panas nih”
Risma hanya menganggukkan kepalanya meng-iya-kan perkataan Fikri. Mereka pun meninggalkan sekolah dan Fikri mengantarkan Risma ke rumah.terakhirnya *eeh

*****
          “Dew,Git. Kalian ngerjain nomor ini nih. Biar gue yang ngerjain nomor 3”
          “eh buset! Enak bener lo Wid. Lu ngasih kita soal yang gak sampe ke otak,sedangkan lo milih soal kaya satu tambah satu” ketus Dewi sambil menoyor kepala Widya yang berada disampingnya.
          “yasudah,sini. Gue aja yang ngerjain nomor itu” sahut Regita
          “tsaah anak jenius unjuk jari. Oke lah. Mari kita kerjakan” kata Widya
          “ntar dulu dong. Kita udah sejam lebih di rumah Widya buat ngerjain tugas,tapi gak disuguhin air minum. ppffff banget sih lo Wid”
Widya menepuk jidatnya. Memang benar,Dewi dan Regita sudah sejam lebih berada di rumah Widya tetapi sampai sekarang belum di suguhkan apa-apa. Tuan rumah yang tak pengertian emang -_-
          “oh iya. Gue lupa. Maaf kawan. Bentar ya gue ambilin air cuci piring dulu”
          “eeh woy!!” teriak Dewi sambil melempar bantal kursi kearah Widya. Tapi meleset karena Widya mengelak dengan cepat. Regita hanya menggelengkan kepala nya saat melihat tingkah konyol temannya yang berada dihadapannya.
          Widya berjalan menuju dapur. Saat melewati ruang keluarga,terlihat sang kakak sedang menonton televisi. Timbul dibenaknya untuk menjahili kakaknya tersebut. Dari arah belakang,Widya mencoba berjalan secara mengendap-endap bagaikan seorang detektif. Saat hendak mengagetkan sang kakak, suasana menjadi terbalik. Malah,Widya yang menjadi terkejut lantaran saat hendak mengagetkan kakaknya, kakaknya menoleh duluan kearah belakang menggunakan masker yang mengerikan.
          “WHAAAAAA!!!!” teriak Widya sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
          “hahaha..” suara cengiran yang keluar dari sang kakak yang puas mengerjai sang adik.
          “Kak Yona! Ngapain sih pake ngagetin segala? Pake topeng gituan lagi. Bukannya kemarin topeng itu udah aku buang ya?”
          “lah yang punya niat jahil kan kamu. Kenapa kak yona yang kamu salahin. Makanya jangan coba-coba mau ngerjain kakak. Eemm.. topeng ini ya? Iya emang kemarin udah kamu buang. Tapi kakak masih ada beberapa topeng kaya gini”
          “koleksi?”
          “engga sih. Cuma seneng aja punya ginian. Topeng nya keriput-keriput gini,keren nih. Haha..”
          “keren apaan. Serem gitu. Udah ah aku mau buat minum dulu untuk dua bocah di depan. Kasian daritadi belum dikasih minum. haha”
Widya berjalan kembali menuju dapur untuk membuatkan minuman buat Dewi dan Regita. Dan kak Yona kembali dengan film drama nya yang sedang ia tonton.
----
          “nih minumannya”. Widya meletakkan sirup merah dingin diatas meja dan kembali duduk lesehan di lantai.
          “makasih Wid” ucap Regita.
          “gimana? Udah sampe mana ngerjainnya?”
          “nih tinggal nomor 4,bagian lo. Kerjain. Kita mau ngaso bentar.whaha” kata Dewi sambil menyeruput sirup yang disuguhi Widya tadi.
          “Wailah! Napa gue kebagian nomor 4. Kan gue udah pesen nomor 3”
Tiba-tiba terdengar suara bel. Widya langsung beranjak dari duduknya untuk membukakan pintu rumahnya. Saat Widya telah membuka pintu rumahnya,terlihat seorang pria membawa sebuket bunga.
          “eh kak Abry. Ada apa?
          “hai Wid. Eemm... Yona nya ada?”
Ya! Lelaki itu adalah Abry,teman satu kampus Yona kakaknya Widya. Lelaki pecinta kucing ini selalu membawakan bunga untuk Yona. Heemm.. ada apa ya? Apakah--ini tak boleh? *lolz*
          “ada kok. Silahkan masuk kak. Tunggu bentar ya”
Widya berjalan menjauh dari lelaki itu dan kembali ke ruang keluarga untuk memanggil Yona.
          “kak ada yang nyariin tuh”
          “siapa?”
          “biasa..”
          “eemm.. abry?”
          “iya”
          “suruh pulang aja gih”
          “lah kok gitu? beneran”
          “iya.. eh engga. Becanda kok. Yaudah bilang ke abry suruh tunggu ya. Kakak mau nonton dulu. Tanggung nih”
          “kak abry suruh nungguin kak Yona sampe selesai nonton film ini? Setau ku ini film lama banget deh. Apalagi kak Yona baru nonton sampe sini. Kemungkinan habisnya sekitar 1 jam setengah kak. Masa iya kak abry nungguin kakak selama itu?”
          “haha becanda ah. Yaudah. Kamu buatin minum ya”
          “eeh kok.. yaah -_- “
****
          Langit nampak berwarna jingga dengan matahari yang sudah condong ke arah barat dan akan tenggelam di dasar lautan. Sebentar lagi bumi akan gelap,tetapi tidak akan gelap jika bulan memantulkan sinar dari bintang ke bumi. Fikri terlihat sedang duduk santai di taman atas rumahnya. Memikirkan gadis yang sudah hampir 10 tahun bersamanya. Gadis yang terlihat tomboy dihadapannya namun mencoba feminim didepan lelaki lain. Ya begitulah sifatnya. Sambil memutar-mutarkan stik drum nya dan merasakan angin yang lewat dihadapannya membuat perasaannya damai. Tiba-tiba dia tersadar dari lamunannya. Heran dengan bayangan yang timbul begitu saja di pikirannya yang membawanya kealam bawah sadar(?) dia melamunkan sosok wanita itu.
          “aarrgghh Fik. Ada apa sama lo hah? Apa lo benar ada perasaan sama gadis itu? Gamungkin Fik!” gumamnya. Fikri mengacak rambutnya tak karuan. Bingung dengan apa yang barusan dia rasakan. Dia merasa senyum-senyum sendiri jika mengingat gadis tersebut. Dan lagi,dia menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan bayangan yang lagi-lagi timbul dibenaknya. Lalu dia menyeruput kopi yang berada disampingnya.

------
          Gadis yang duduk di depan cermin rias sambil bersenandung terlihat sedang merapihkan rambutnya yang sedikit beratakan. Cukup lama di depan cermin,dia bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati ranjang tidurnya. Menghempaskan tubuhnya ke kasur yang nyaman itu. Memejamkan matanya,seketika terlintas wajah yang tadi siang memberinya senyuman manis. Senyuman manis milik sang kakak kelas. Risma yang masih memejamkan matanya terlihat menyunggingkan senyumnya.
          ‘dreet.. dreet”
Gadgetnya berdering. Risma langsung membuka matanya dan meraih gadget nya yang tergeletak di meja sampingnya. Dilihatnya dan terdapat nomor yang tidak ada namanya mengirim pesan kepada Risma. Segera dibuka pesan tersebut olehnya.
          “hai ris,selamat malam. Maaf mengganggu malamnya. Pasti kamu heran siapa pemilik nomor ini. Kenalin,aku Difa. Kita yang tadi siang bertemu di depan gerbang sekolah. Masih ingat kan?”
Risma membelalakkan matanya tak percaya. Barusan saja dia mengingatnya dan tiba-tiba mendapat pesan seperti ini. Perasaan Risma tak karuan sekarang. “Apakah betul ini kakak kelas yang tadi? Omaigat!” batinnya.
          “hai juga. Gak kok gak ganggu sama sekali. Hhmmm.. Difa? Kakak kelas yang tadi kasih senyuman ke aku ya? Yang ketemu di depan gerbang sekolah?”
          “iya. Syukurlah kalau kamu masih ingat. Salam kenal ya. Eemm.. by the way, aku tau nomor kamu dari teman sekelas kamu. Tapi kamu gak perlu tau siapa itu. Hehe”
Sekarang hati Risma bagaikan taman bunga. Tidak disangka kalau kakak kelas yang termasuk ia kagumi saat ini sedang chatting dengannya. Perasaannya kini bagaikan popcorn yang meletup-letup.

****
      Detik berganti menjadi menit,menit berganti menjadi jam dan jam berganti menjadi hari. Seminggu lebih sudah Risma dan Difa makin dekat. Mereka sering terlihat jalan bersama. Pulang dan berangkat sekolah Risma diantar oleh Difa. Sampai akhirnya hari ini mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Risma sangat senang akan hal itu. Dia berniat ingin memberitahu kepada sahabatnya tak lain adalah Fikri.
          “Fik!Fikri!” teriak Risma dari kejauhan
Fikri yang merasa terpanggil pun bergegas berlari menuju sahabatnya itu.
          “ada apaan?” tanya Fikri dengan mimik wajah yang heran.
          “gue mau cerita”
Risma menarik tangan Fikri dan mengajaknya ke taman sekolah. Mereka mencari-cari tempat yang kosong karena saat ini taman sedang ramai lantaran ini waktu istirahat dan siswa-siswa lainnya memilih bersantai ditaman. Terlihat bangku taman yang terlihat tidak ada penghuninya. Risma masih menggenggam tangan Fikri,tapi entah kenapa Fikri memandangi tangannya yang sedang di genggam oleh Risma itu. Perasaannya kini bagaikan teraliri listrik dan menyetrumnya. Fikri menghiraukan debaran ini. Dia berpikir mungkin ini hanya debaran biasa karena dia habis bermain basket sebelum Risma memanggilnya tadi.
          “mau cerita apaan sih lo Ris?”
          “gue jadian sama Difa,Fik!” ucapnya sambil mengeluarkan senyumannya yang tidak bisa dibendung itu. Seketika wajah Fikri berubah menjadi bingung. Hati nya sesak setelah mendengar apa yang barusan di dengarnya.
          “a..apa lo bilang? Lo.. lo jadian sama Difa? Difa kelas 12.3? dia kan terkenal player Ris. Kok lo--"
          “eh lo gak usah nyebar gosip deh. Dia baik kok. Apalagi sama gue. Kayaknya lo gak seneng ya? Kok lo gitu sih Fik? Lo buat gue kecewa tau gak”
Risma beranjak dari duduknya dan meninggalkan Fikri sendiri di taman. Fikri mencoba memanggilnya,tetapi dihiraukan oleh Risma. Apa yang dibilang Fikri tentang Difa emang benar. Siswa siswi disekolah ini sebagian sudah mengetahui akan hal itu. Tetapi mungkin Risma sudah terkena yang namanya cinta buta~

*****
      Di dalam restoran,terlihat Abry dan Yona yang sedang makan siang bersama. Hari ini tugas kuliah mereka sudah selesai dan menyempatkan untuk mengisi perut mereka yang kosong. Keheningan sedari tadi menemani mereka. Diam tanpa kata. Keduanya sama-sama menikmati hidangan masing-masing. Abry terdiam,memandangi wajah cantik milih gadis yang ada dihadapannya saat ini yang sedang melahap makanannya itu. Dia mengumpulkan tekad,dan mencoba untuk memegang tangan milik Yona. Gadis itu sontak kaget dan menghentikan aktivitasnya untuk melanjutkan suapannya. Dia bingung dengan lelaki yang ada dihadapannya itu. Tangan Yona sudah berhasil berada didalam genggaman Abry. Dengan menghembuskan nafas panjang,lelaki itu mulai berbicara.
          “kita sudah cukup lama berteman. Aku sudah tau kamu dan aku sudah kenal kamu dari kita SMP dulu. Sudah lama aku menyimpan perasaan ini,dan ini aku kumpulkan tekad untuk berbicara jujur sama kamu. Yon,mau kah kamu menjadi pacarku?”
Yona masih terdiam mematung. Ekspresi nya menandakan bahwa dia terkejut dengan perkataan abry. Lelaki itu menembaknya. Perlahan Yona melepaskan tangannya dari genggaman tangan abry.
          “maaf bry,emang kita sudah lama saling kenal. Tapi... aku hanya menganggap kamu sebagai sahabat aku dan itu gak lebih. Sebenarnya sudah ada seseorang yang saat ini mengisi hati ku bry”
          “sss..siapa.. siapa itu Yon?”
          “dia adalah Vino. Sekali lagi maaf jika aku mengecewakan mu. Aku permisi. Dan terimakasih untuk semuanya”
Yona bangkit dari duduknya dan berjalan keluar restoran. Abry masih tidak percaya dengan semua ini. Dia sangat sedih lantaran Yona hanya menganggap dirinya seorang sahabat.kali ini dia tidak bisa berkata-kata lagi. Abry mengusap wajahnya yang sedikit kesal,namun tidak bisa melampiaskan kekesalannya tersebut.

*****
          Di taman diatap rumah terlihat Fikri dan Abry yang terdiam dengan pikirannya masing-masing. Kakak adik yang kini sedang dilanda kesakitan hati,sama-sama memandang ribuan bintang dilangit yang biru hitam. Sama-sama melamunkan gadis yang mereka sukai telah menjadi milik orang lain. Keduanya berbarengan saat mengacak-acar rambutnya masing-masing,kemudian saling menoleh.
          “Lu kenapa Fik?” tanya Abry
        “aargghh gue sakit kak. Hati gue sakit! Risma udah jadian sama Difa,kakak kelas gue”
          “Risma?! Sahabat lu? Haha.. haha.. lu suka sama sahabat lu sendiri?”
          “yee emang kenapa? Gak boleh? Terserah gue lah kak. Terus,lu sendiri kenapa? Kayaknya---“
          “gue juga lagi sakit hati” nada Abry dengan suara pelan
          “haha.. hahahaha.. yaaah pasti di tolak ya? Haha”
          “kok. Kok lu tau?”
          “nebak aja sih.”
          “gue... gue ditolak sama Yona”
‘uhuk.. uhuk’
          “what??! Kak Yona? Nolak lu? Wah.. selera kak Yona masih bagus”
‘BUG!!’
          “apaan sih kak! Sakit tau. Lu kira tuh buku Cuma selembar dua lembar? Jangan melampiaskan kesel nya ke gue dong”
          “ya intinya kita berdua tersakiti lah”
****
      “hhmmm.. semoga aja si Difa suka sama makanan ini. Aku yakin,dia pasti belum makan malam. Dia kan tinggal sendirian di apartement nya. Jadi kemungkinan gak ada yang masakin untuk dia” gumam Risma. Dia melanjutkan langkahnya menyusuri lorong apartement. Terus berjalan dan sampai akhirnya dia berhenti tepat didepan pintu apartement Difa. Diketuknya pintu tersebut tetapi not responding. Risma mencoba memutar knop pintu apartement Difa.
‘Kleek!!’
          “gak terkunci? Berarti Difa ada di dalam”
Risma melangkahkan kaki nya untuk masuk ke dalam apartement milik Difa itu. Sangat gelap. Hanya ada lampu meja yang menyala. Dia menaruh rantang yang ia bawa di meja yang terlihat remang-remang oleh Risma. Seperti tidak ada orang di ruangan itu. Risma menyempatkan duduk disofa dekat lampu meja itu berada. Tak lama dari Risma duduk,keluar dua orang dari kamar apartement ini dalam keadaan yang gontai. Kemudian mereka terjatuh di sofa yang berada dihadapan Risma. Hanya tawa mereka yang terdengar dengan sedikit desahan seorang wanita. Risma hanya menatapi dengan keadaan gelap. Kemudian dia mengambil lampu meja yg ada disampingnya dan mengarahkan ke depan. Tersorot Difa dengan seorang wanita sedang bercumbu dan mereka mengakhiri itu karena sinar dari lampu meja yang menyorot mereka. Difa membelalakkan matanya saat melihat terdapat Risma disana. Risma hanya meneteskan air matanya,melihat perbuatan Difa yang masih berstatus menjadi kekasihnya. Hendak Difa mengejar,Risma bergegas bangkit dan keluar dari apartemen Difa. Dengan air mata yang jatuh lebih deras mengalir dipipinya,dia mencoba menyerka nya. Dengan melangkahkan kakinya dengan tempo yang cepat,Risma mengeluarkan gadgetnya dari tas selempangnya dan menghubungi seseorang yang ingin dia temui saat ini. Fikri.

-----
          “Sudah. Jangan menangis lagi Ris. Biar dia dapat balasannya”
          “sakit Fik. Gue gak nyangka dia bakal gitu sama gue. Hiks..”
Fikri meraih kepala Risma agar berada di dekapannya. Kini Risma menangis dalam dekapan Fikri. Diusapnya rambut milik Risma oleh Fikri. Tangisnya sudah mulai berhenti,tetapi isak dan segukannya masih.
          “Sudah Ris. Jangan disesali. Kamu harus bersyukur karena kamu lebih dulu mengetahuinya sebelum kalian berhubungan lebih jauh lagi. Mulai sekarang jangan hubungi dia lagi dan jangan pernah temui dia lagi. Aku bakal selalu ada disamping kamu”
Risma hanya menganggukan kepalanya. Tiba-tiba jantung Fikri berdebar secara tidak normal. Fikri khawatir jika Risma merasakan deguban jantungnya ini karena kini gadis itu masih berada dalam dekapannya. Lalu Fikri melepaskan pelukan mereka dan membawa Risma jalan-jalan

****
          Sebulan telah berlalu,semua keadaan menjadi normal kembali seperti awal mula. Sepulang sekola,Fikri mengajak Risma berkeliling kota menggunakan sepeda kepunyaannya. Cukup lama berkeliling,mereka berhenti di taman. Mereka beristirahat di taman itu sambil memakan eskrim. Setelah eskrim mereka habis,mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing. Fikri bangkit dari duduknya dan berdiri menghadap Risma. Gadis itu menadahkan wajahnya melihat Fikri yang berdiri dihadapannya. Kemudian Fikri mengambil kedua tangan Risma. Gadis itu nampak heran campur bingung. Dengan nafas panjang Fikri memulai perkataannya.
          “Ris,gue langsung to the poin aja nih karena gue gabisa ngerangkai kata. Ris... gue suka sama lo. Gue harap lo mau jadi pacar gue yang selalu setia disamping gue”
Tanpa berlama-lama Risma memeluk tubuh Fikri
          “iya,fik gue mau. Gue juga sayang sama lo. Gue berharap lo adalah pria terbaik yang tuhan kirim buat gue”
Fikri menyengir bahagia. Dia membalas pelukan Risma.
          Indahnya persahabatan. Dan dari persahabatan itulah bisa timbul benih-benih cinta yang tidak pernah orang mengiranya~

-END-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar